Film yang baru sudah tayang di USA sejak 14 September 2018 ini, mulai menghiasi layar bioskop di Indonesia pada minggu-minggu akhir Oktober 2018. Saya sendiri baru nonton pada 8 November 2018, karena baru ada waktu buat menikmati hidup ala pekerja kantoran hehehe… Intinya jangan sampai pekerjaan mengganggu hobi dan waktu mainmu.
Oke, balik ke topik. Film A Simple Favor ini berkisah tentang Stephanie Smoother (Anna Kendrick), seorang ibu muda yang berperan sebagai orang tua tunggal yang juga mengurus sebuah vlog berisi tutorial memasak, origami, dan kerajinan tangan lainnya. Kemudian ia bertemu dengan Emily Nelson (Blake Lively), ibu dari sahabat anaknya dan kemudian Stephanie juga bersahabat dengan Emily. Pada suatu ketika, Emily menghilang. Rasa penasaran Stephanie membuatnya melakukan investigasi terhadap kasus hilangnya sang sahabat. Proses investigasi yang dilakukan Stephanie menghadirkan polemik yang melibatkan keduanya.

Film berdurasi 1 jam 58 menit ini, disutradarai oleh Paul Feig, sutradara yang sudah malang melintang di dunia perfilman khususnya genre komedi misalnya Spy (2015), Bridesmaid (2011), Ghostbuster (2016). Oleh IMDb, film ini dikategorikan sebagai film comedy–thriller. Paul Feig, menurut saya berhasil menghadirkan candaan-candaan berkelas yang dipadukan dengan potongan-potongan misteri yang membuat film ini menjadi nggak biasa dan (sedikit) nggak terduga jalan ceritanya.
Peran Anna Kendrick dan Blake Lively tidak dapat dikesampingkan begitu saja dalam film ini. Chemistry yang terjalin antara dua pemeran utama ini menjadikan film ini patut diacungi jempol. Stephanie, dalam film ini, adalah orang yang ceria, ibu yang baik, dan menikmati hidup tanpa seks setelah kematian suaminya. Keceriaan Stephanie terlihat pada saat ia mengurus anaknya, membuat konten di vlog, dan hubungan dengan orang tua murid lainnya. Sedangkan Emily, seorang istri dan ibu dari satu orang anak, adalah manajer dari sebuah perusahaan desain yang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Dalam sebuah jalinan persahabatan, dua orang wanita ini adalah pasangan yang klop dan saling melengkapi. Yang satu somplak yang satunya lagi kalem tapi kalau ngomong langsung bikin jleb.


Nonton film ini jadi inget Searching yang saya tonton beberapa bulan yang lalu. Ada misteri yang harus dipecahkan, dan penonton akan diajak main detektif-detektifan lagi untuk merangkai potongan-potongan misteri. Kadang terdengar suara sayup, “Tuh, kan bener” atau “Oalaah gitu ternyata” yang membuktikan bahwa film ini memang berhasil membuat penonton terperangah. Saya pribadi sangat menikmati film ini. Tujuan awal nonton film ini karena pengen liat akting Anna Kendrick aja, tapi kemudian saya jadi jatuh cinta sama Blake Lively (yang ternyata saya pernah nonton filmnya, The Shallow, 2016). Lawakan yang paling saya inget dari film ini adalah waktu Stephanie mau duduk di kursi panjang yang nggak ada senderannya (kayak kursi tunggu di XXI, tapi nggak dipepetin tembok), mau nyender tapi kejauhan dan (demi bisa nyender) kursinya digeser mepet tembok. Adegan lainnya adalah waktu Stephanie menerima tamu tapi dengan baju yang kesempitan, dengan rasa nggak nyaman. Karena frustrasi, setelah tamunya pulang, baju itu digunting. Atau percakapan macam ini
“Aku rindu dia”, kata Stephanie.
“Yang mana?”, tanya Emily.
“Keduanya,” jawab Stephanie.
Bahkan komedi verbal macam brother f*cker (pelaku incest) cukup bikin ketawa ngakak.