Dalil Benar yang Tidak Pas

Peminta-minta menggunakan dalil bahwasanya orang yang bakhil akan mendapat adzab hartanya akan dikalungkan di leher mereka hingga tidak sanggup mengangkatnya, juga emas dan perak yang tidak dizakati akan dijadikan setrika untuk menyetrika mereka ketika kiamat.

Orang kaya menggunakan dalil bahwasanya pengemis itu akan mencakar-cakar wajahnya sendiri ketika kiamat, dan bahkan di mukanya tidak ada daging sama sekali.

Suami menggunakan dalil bahwasanya istri harus tunduk kepada suami, bahkan Rasulullah SAW bersabda jika manusia diperbolehkan sujud kepada manusia lain, pastinya istri akan diminta sujud kepada suaminya.

Istri menggunakan dalil bahsawanya suami haruslah memenuhi semua kebutuhan istri baik secara material maupun kebutuhan fisik. Bahkan Sayyidina Umar RA diam saja ketika dimarahi istrinya karena istrinya telah membantunya membesarkan anak dan lain sebagainya.

Guru dan Ustadz berdalil bahwasanya murid harus menghormati dan manut dengan gurunya, bahkan Sayyidina Ali KWH mengatakan beliau adalah budak dari guru yang mengajarinya satu huruf.

Murid juga berdalil bahwasanya guru harus mengajar dengan ramah, tidak boleh emosi apalagi marah dan bermain fisik. Hubungan guru dan murid haruslah hubungan relasional agar memotivasi dan meningkatkan kreativitas murid.

 

Lha kalau semua saling mencari dalil yang memudahkan dirinya, ya akhirnya jadi kacau balau. Dalil, alasan, atau argumen yang menjelaskan keutamaan posisi seseorang (apapun posisinya) itu selalu ada. Dan itu seharusnya kita gunakan untuk menghormati dan menyayangi orang lain, bukan untuk mendapatkan privillege kita sendiri.

Mari berintrospeksi, apakah kita sudah menggunakan dalil untuk menghormati orang lain, atau semata-mata mencari dalil untuk mendapatkan pembenaran terhadap yang kita lakukan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *