Kerja apa setelah lulus kuliah?
Salah satu pertanyaan yang paling sering kita dengar ketika menjadi mahasiswa.
Setidaknya kita menghabiskan waktu 3 hingga 4 tahun lebih lama dibandingkan hanya berhenti di bangku SMA. Belum lagi biaya kuliah dan biaya hidup yang dihabiskan selama kuliah. Wajar saja bila orang akan merasa lebih penasaran dengan kerja apa yang akan diambil setelah perjuangan yang lebih tersebut.
Sayangnya, banyaknya pertanyaan tersebut menjadikan calon lulusan perguruan tinggi menjadi merasa tertekan. Di satu sisi, kalau pekerjaannya biasa saja (dapat mudah diakses oleh lulusan SMA) membuat perjuangan kita terasa sia-sia, di sisi lain untuk mendapat pekerjaan yang luar biasa ternyata juga tidak mudah.
Permasalahan menjadi lebih kompleks ketika kita menjadi lulusan terbaik atau setidaknya lulus dengan title Magna Cumlaude. Ekspektasi untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih prestis dibanding teman-teman kuliah lain jadi semakin tinggi. Ekspektasi siapa? bisa jadi ekspektasi orang tua, ekspektasi masyarakat sekitar, atau juga ekspektasi kita sendiri.
Sebenarnya pertanyaan akan kerja apa setelah lulus tidak terlalu menjadi masalah jika sewaktu belajar di bangku kuliah kita lebih banyak berorientasi pada ketrampilan, dan bukan hanya mengejar prestasi akademik semata. Memiliki skill nyata dan terutama memiliki jaringan yang solid membuat kita lebih mudah diterima kerja di mana saja, atau membangun kerja apa saja yang kita inginkan. Tapi jika sewaktu kuliah kita hanya mengejar IPK tanpa menghiraukan ketrampilan, ya pertanyaan tersebut bisa benar-benar menjadi momok.
Oke, tidak ada kata terlambat untuk berubah.
Kalaupun misal saat membaca artikel ini anda sudah dalam posisi menjelang wisuda atau bahkan barusan di wisuda dan anda merasa mengalami permasalahan yang saya sebutkan di atas, diamlah sejenak dan tarik nafas. Mari kita merencanakan strategi sukses dari sekarang, berfikir sekaligus untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Sebagai catatan jika nantinya kita menjadi orang sukses, orang biasanya tidak terlalu menghiraukan apakah kita mulai dari pekerjaan yang remeh, atau sejak awal sudah bekerja menjadi bos.
Sebenarnya tidak menjadi masalah kerja apapun yang kita lakukan sekarang, asalkan kita mempunyai visi ke depan untuk sukses. Yang menjadi masalah sebenarnya adalah, ketika kita hanya selalu berfikir untuk menyambung hidup dari hari ke hari tanpa berfikir untuk sukses ke depan. Terus menjalani hidup apa adanya hingga akhirnya sampai pada masa sudah tidak mampu (atau sulit sekali) berubah.
Contoh kongkrit, ketika lulus saya ditawari menjadi pegawai magang di salah satu perusahaan ternama. Meskipun mendapat gaji pas-pasan, saya terima saja keadaan tersebut karena berharap suatu hari perusahaan akan berbaik hati untuk mengangkat saya menjadi pegawai tetap atau bahkan menjadi direktur. Hingga akhirnya saya sudah berumur 40an dan tidak mampu lagi untuk mencari atau membangun kerja lain, sedangkan status saya tetap sebagai pegawai magang dengan gaji pas-pasan.
Siapa yang bisa saya salahkan, siapa yang bertanggung jawab atas keadaan saya? (tentunya bukan pemerintah yang berkuasa saat itu)
Berbeda kasus ketika saya menerima kerja sebagai pegawai magang saya mempunyai visi ke depan untuk mengembangkan diri dan membangun jaringan. Karena sebagai pegawai saya bisa dengan mudah terhubung dengan masyarakat (kolega, client, dan lain sebagainya) untuk membangun suatu usaha yang bisa berkembang. Hingga suatu saat, ketika profesi saya sebagai pegawai menghalangi saya untuk mengembangkan usaha, saya siap untuk melepaskan pekerjaan tersebut dan memulai hidup baru dengan usaha yang sudah saya kembangkan.
Siapa yang bertanggung jawab atas keadaan kita? Jawabannya adalah kita sendiri.
Kembali lagi ke poin, sebenarnya tidak masalah apapun kerja yang kita ambil saat ini asalkan kita memiliki visi ke depan untuk mengembangkan diri dan menjadi sukses. Setelah sukses nanti orang tidak akan mempermasalahkan kenapa kita berawal menjadi pegawai magang, atau bahkan kenapa kita memulai usaha menjadi tenaga kebersihan.
Jadi, untuk semua mahasiswaku dan semua mahasiswa yang masih bingung. Jangan terlalu mengkhawatirkan apa pekerjaan yang akan anda ambil saat ini, tapi marilah kita lebih banyak berfikir ingin jadi apa saya ke depannya. Jalan apa yang harusnya saya tempuh untuk merealisasikan visi tersebut. Karena sukses benar-benar hanya tanggung jawab kita sendiri, bukan tanggung jawab orang lain, bukan tanggung jawab perusahaan, apalagi tanggung jawab pemerintah.