Kuliah online, tiap hari Vicon itu nggak keren

Tiap hari Vicon itu nggak keren, tapi juga harus diingat, tiap kali pertemuan hanya memberikan tugas dan PPT saja itu jauh lebih tidak keren, karena inti dari perkuliahan daring sebenarnya adalah memberikan kebebasan pada siswa untuk belajar sesuai kecepatan dan kenyamanan masing-masing. Memberi kebebasan artinya tidak terlalu banyak mengekang pola belajar mahasiswa, tapi juga tidak berarti memaksa mahasiswa untuk selalu mencari bahan sendiri.

Sebelum melanjutkan, perlu diketahui moda perkuliahan daring terbagi menjadi 3, yaitu:

  1. Singkron (interaksi langsung): menggunakan telelpon dan video conference
  2. Asingkron (interaksi tidak langsung): menggunakan bahan ajar PPT, artikel, penugasan, dan lain sebagainya
  3. Semi-singkron: menggunakan forum, chat group, webinar, dan lain sebagainya

Harus diakui pertemuan daring singkron dengan menggunakan video conference (ViCon) seperti Google Meet, Zoom, atau Skype itu sangat membantu dalam komunikasi dua arah, karena bagaimanapun juga bentuk komunikasi paling efektif adalah komunikasi langsung 2 arah. Meski demikian, ViCon memiliki banyak keterbatasan dan membutuhkan banyak sumber daya (pulsa/paket data terutama), sehingga pemanfaatannya harus diatur sedemikian rupa.

Menurut perhitungan salah satu praktisi pendidikan daring di universitas negeri, jika seorang mahasiswa mengambil 7 mata kuliah dalam satu semester, dan semua dosennya menggunakan vicon untuk perkuliahan, maka pulsa yang dibutuhkan mahasiswa tiap bulan minimal 250.000. Kebutuhan pulsa tersebut belum termasuk untuk mengakses materi ajar yang lain.

Kesulitan lain ketika menggunakan ViCon untuk perkuliahan adalah, koneksi yang dibutuhkan untuk ViCon harus stabil dan cepat. Bagi siswa atau pengajar yang tempat domisilinya jauh dari pusat kota, sinyal koneksi yang digunakan untuk Internet biasanya sangat terbatas, yang mengakibatkan sesi ViCon terganggu dan materi yang disampaikan malah tidak dapat diterima dengan baik.

Salah satu alasan kenapa para pengajar latah menggunakan ViCon ketika tetiba KBM menggunakan metode daring adalah, agar pengajar bisa memastikan siswa tetap mengikuti kegiatan perkuliahan seperti biasa. Alasan ini jugalah yang akhirnya membuat pengajar banyak memberikan tugas daring kepada siswa. Mereka ingin memastikan siswa mereka agar tetap mempelajari materi yang diberikan. Sayangnya kedua jalan yang ditempuh (memperbanyak ViCon atau tugas) ini justru malah menambah beban di kedua belah pihak. Waktu yang digunakan untuk KBM dengan meperbanyak ViCon dan tugas ini seringkali malah lebih banyak menyita waktu dan tenaga dibandingkan perkuliahan konvensional.

Jika kita mengamati pola pengajaran online beberapa Massive online open course (MOOC) yang cukup terkenal seperti Udacity, Coursera, dan EdX, mereka bahkan sangat jarang sekali menggunakan moda ViCon untuk penyampaian materi. Moda singkron biasanya tetap disediakan oleh pengajar untuk siswa yang memerlukan konsultasi secara langsung. Adapun materi pengajaran, kebanyakan diberikan secara lengkap dan komprehensif melalui moda asingkron seperti lecture notes, video, dan penugasan berbasis proyek.

Dalam kapasitas saya sebagai pengajar yang juga terpaksa mendalami pengajaran daring, sepertinya tidak pas kalau saya menggurui. Namun di sini saya hanya sedikit sharing strategi perkuliahan daring saya sebagai alternatif saja.

  1. Materi diberikan dalam beberapa jenis pdf / artikel / ppt yang dilengkapi dengan video youtube penjelasan materi.
  2. Setiap topik terdapat evaluasi pilihan ganda sederhana, hanya menanyakan hal yang sudah ada pada materi saja, untuk memastikan mahasiswa memahami materi yang diberikan. Misalkan setelah mengajarkan input dengan perintah input dan print, maka yang ditanyakan adalah “Perintah apa yang digunakan untuk output pada Python”.
  3. Cukup 1 atau 2 tugas besar / proyek yang bersifat eksploratif yang waktu pengerjaannya cukup longgar (misalkan 1 bulan) untuk menguji kompetensi mahasiswa.
  4. Jika diperlukan, jadwalkan ViCon atau Webinar satu atau dua kali selama perkuliahan dengan waktu yang telah disepakati bersama antara siswa dan pengajar.

Pandemi Covid-19 ini memaksa kita yang sebelumnya jarang sekali atau bahkan mungkin tidak pernah menggunakan teknologi pembelajaran digital untuk tiba-tiba harus menggunakan semua teknologi tersebut. Kekurangan di sana-sini pasti banyak terjadi. Tantangan kita sebagai pengajar dan siswa adalah kembali lagi mengeksplore dan terus beradaptasi dengan metode pembelajaran daring ini. Ke depannya, bahkan ketika kita sudah tidak wajib menggunakan metode daring, skill yang kita kuasai selama mengembangkan media pembelajaran daring ini pasti akan sangat berguna untuk kegiatan belajar mengajar kita juga.

Disclaimer: Artikel ini murni pendapat saya pribadi, seorang dosen yang masih belajar cara mengatur perkuliahan daring (online) dengan baik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *