Tulisan ini jelas bukan suatu kebenaran di semesta alam. Ini hanya sebuah dongeng tentang seorang promotor di Universitas Alengkamayasukerta yang bercokol di ibu kota negeri Atas Angin, sebuah negeri elok rupawan yang mengawang di atas awan. Dongeng ini terutama cocok untuk generasi muda calon pemimpin masa depan, dan juga generasi sebelumnya yang memerlukan selingan di hari raya qurban.
Sang promotor telah terbukti memecahkan rekor pembimbingan. Ia membimbing lebih dari 400 doktor dan meluluskan 118 orang doktor hanya dalam waktu 8 bulan. Seluruh penduduk negeri hanya bisa terdiam dan terheran-heran, membayangkan ia memiliki banyak kawan dan bangga dengan sejumlah kejumawaan.
Promotor dan provider adalah dua makhluk yang sangat berbeda. Promotor bertugas mempromosikan hal yang sudah ada, sementara provider bertugas menyediakan hal yang belum ada. Rupanya, sang promotor telah memainkan peran ganda. Selain sebagai promotor, ia juga nyambi menjadi provider ijazah untuk bidang apa saja. Sekalipun terjadi di negeri dongeng, namun penjelasan ini cukup bisa menghibur logika tentang mengapa seorang profesor bisa memecahkan rekor dunia.
Pada tahun 70-an, saya pernah membaca buku manajemen untuk siswa SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Tingkat Atas). Menurut buku kuno itu, manajemen dibagi menjadi tiga yaitu manajemen keuangan, pemasaran dan personalia. Yang terakhir ini mungkin yang kini dimaksud dengan manajemen sumber daya manusia (MSDM). Ternyata sekarang bidang MSDM ini berkembang menjadi program studi pemuncak jenjang es tiga (S3).
Saya mencoba menerawang isi program doktor manajemen sumber daya manusia. Saya berharap di sana akan ada cerita tentang job description, job analysis, seleksi, rekrutmen, kompetensi, pengembangan, mutasi, penempatan, retensi dan sejenisnya. Mungkin pembaca memiliki referensi lebih kaya, namun saya yakin fokusnya tetap pada sebuah cara memperlakukan manusia sebagai aset suatu organisasi atau institusi baik milik masyarakat maupun negara.
Rupanya terawangan saya lumayan ada benarnya. Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan sebuah laman dongeng tentang Program Studi S3 Manajemen Sumber Daya Manusia. Berikut ini rumusan luaran pembelajaran (learning outcomes) lengkap dengan deskripsinya. Melalui rumusan itu saya mengakui bahwa pengelola Program Studi terkait tampaknya telah secara baik merumuskan visi dan kurikulumnya.
• mengembangkan berbagai konsep, pendekatan model ilmu manajemen sumberdaya manusia dengan menggunakan alat evluasi yang dikembangkan melalui pendekatan model, metode, dan teknik pemecahan masalah yang akurat untuk menangani permasalahan sumberdaya manusia di tengah masyarakat.
• mengembangkan berbagai konsep, metode, paradigma Ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia menggunakan pendekatan baik secara kuantitatif, kualitatif maupun mix-method dan menganalisis, memetakan issue-issue kontemporer manajemen sumber daya manusia yang dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah SDM yang sedang berkembang.
• mengembangkan ilmu pengetahuan manajemen sumberdaya manusia dalam rangka menghasilkan karya kreatif, original dan teruji, dengan tetap menjunjung tinggi falsafah Pancasila, mampu berinteraksi dalam masyarakat yang plural dan multikultural, bersikap jujur, bertanggung jawab, dan memiliki etika moral yang tinggi.
• mengembangkan paradigma baru bersifat adaptif, kreatif, dan inovatif dalam lingkungan plural dan multikultur dalam bidang manajemen sumberdaya manusia yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam menyelesaikan masalah sumberdaya manusia dengan berbagai alternatif melalui pendekatan interdisiplin, multidisiplin, dan transdisiplin.
Nama program studi, rumusan luaran pembelajaran dan judul disertasi mesti memiliki relasi yang rasional. Saya cukup lega membaca judul disertasi dari seseorang yang sekarang menjabat menteri dan kebetulan juga seorang jenderal. Judulnya “Pengaruh Rekrutmen, Seleksi, Kompetensi dan Kebijakan terhadap Perubahan Kondisi Nasional”. Meski hanya membaca judul, saya menilai pemilihan kata dan frasa pada judul ini sungguh sangat sesuai dengan terawangan saya di awal. Secara eksplisit ia mengusung substansi MSDM untuk mengkaji suatu perubahan yang relatif aktual.
Kelegaan berubah total setelah saya membaca satu disertasi yang sangat fenomenal karya seorang doktor yang berasal dari daerah penghasil aspal. Ia sealumni satu program studi dengan sang jenderal, tetapi aneh, tulisannya tidak membahas permasalahan sumber daya manusia, tetapi malah berbicara banyak tentang material. Disertasinya berjudul Evaluasi Program Penanganan Jalan Lokal Berbasis Material Substandar. Saya ingin membantu pembaca memahami fenomena anomali ini tanpa harus kehilangan nalar dan akal.
Suatu disertasi dapat mengisahkan dongeng tentang kiprah seorang profesor multidimensional. Berbekal keahlian di bidang Evaluasi, ia mengembara dan merambah menjadi promotor pada pendidikan doktor manajemen sumber daya manusia, dan kemudian menghasilkan doktor bidang apa saja, termasuk yang terkini adalah menghasilkan doktor dengan karya utama di bidang teknik akselerasi dan preservasi jalan lokal menggunakan suatu jenis material. Bila sempat menikmati tulisannya, saya yakin pembaca pasti merasa mual seperti ketika sedang meminum es cendol dicampur sambal.
Sebuah keganjilan ternyata dapat mendatangkan keasyikan. Disertasi nyleneh ini malah membikin saya penasaran. Rupanya disertasi ini bentuk campur aduk berbagai tulisan. Narasi di bab 1 sebanyak 11 halaman bercerita tentang masalah pembangunan jalan yaitu kesenjangan antara rencana dan target program percepatan pembangunan jalan. Di bab 2 yang terdiri atas 105 halaman, konsep sumber daya manusia disinggung hanya dalam 2,5 halaman, selebihnya adalah tentang Teori Evaluasi dan Pembangunan Jalan.
Melalui pencermatan terhadap bab metode penelitian biasanya kita dapat menemukan bahwa suatu penelitian itu mengandung unsur kebaruan. Pada bab ini justru frasa dan makna manajemen sumber daya manusia tidak saya temukan. Berikut ini adalah narasi tujuan penelitian yang terdapat pada halaman 127 dari disertasi sang pegiat pembangunan jalan.
1. Mengetahui apa yang dilakukan termasuk penyesuaian kebijakan nasional, kebijakan provinsi, dan kebijakan kabupaten khususnya tujuan dan sasaran program percepatan (akselerasi) pembangunan dan preservasi jalan lokal berbasis material substandar di Kabupaten Buton Utara selama kurun waktu Tahun 2010-2014.
2. Memastikan bahwa apa yang dikerjakan termasuk perencanaan program percepatan pembangunan dan preservasi jalan lokal berbasis material substandar di Kabupaten Buton Utara telah tersusun dalam Renstra Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang pada periode Tahun 2010-2014.
3. Memastikan apa yang telah dikerjakan terkait pelaksanaan program percepatan pembangunan dan preservasi jalan lokal berbasis material substandar telah sesuai dengan perencanaan strategis di Kabupaten Buton utara.
4. Mengetahui kesuksesan dari hasil program percepatan pembangunan dan preservasi jalan lokal berbasis material substandar di Kabupaten Buton Utara.
5. Mengetahui dampak dari hasil program percepatan pembangunan dan preservasi jalan lokal berbasis material substandar sesuai dengan harapan masyarakat di Kabupaten Buton Utara.
Secara umum tulisan pada bab 4 sangat mirip dengan buku laporan kantoran. Ia berisi penjelasan tentang kondisi umum suatu Kabupaten, Profil Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang dan Kebijakan Nasional tentang Pemanfaatan Asbuton untuk Pembangunan Jalan. Data dan analisis tentang manajemen sumber daya manusia sedikitpun tidak saya temukan. Alhamdulillah, pada bab ini saya menjumpai narasi yang memuat testimoni dari dua pejabat daerah yang kebetulan saat ini tengah berada di tahanan. Setali tiga uang, hilangnya frasa dan makna manajemen sumber daya manusia juga terjadi pada bab 5 tentang kesimpulan penelitian.
Tampak nyata bahwa disertasi di atas sama sekali tidak ada hubungannya dengan manajemen sumber daya manusia. Sulit bagi siapapun untuk menerka bahwa proses perkuliahan, pembimbingan dan ujian benar-benar ada. Rasanya tulisan semacam itu tidak akan mungkin lolos dari pembimbingan jika promotor dan pembimbing lain sempat membaca. Seandainyapun tulisan itu terlanjur lolos dari pembimbing, bagaimana mungkin ia dapat lolos pada ujian kelayakan dan ujian akhir pada tahap berikutnya.
Doktor bukanlah urusan satu atau dua orang tetapi urusan sebuah institusi pendidikan. Jika ada peserta lulus doktor manajemen sumber daya manusia hanya berbekal tulisan sembarangan seadanya tentang pembangunan jalan, maka ia adalah anak haram pendidikan. Kementerian mesti berani mengusut tuntas seluruh pemangku yang terlibat mulai dari mahasiswa, dosen, pembimbing, promotor, co-promotor, penguji, kaprodi, jajaran pasca sarjana dan seluruh pimpinan. Sudah semestinya ijazah dan gelar yang dihasilkan melalui praktik demikian harus dibatalkan.
Uang merupakan salah satu faktor yang paling mungkin menggoyahkan iman sekelompok orang. Saya menduga fenomena ini bukan suatu pelanggaran karena suatu kelalaian, tetapi suatu kesengajaan untuk meraup keuntungan. Pelanggarannya sungguh demikian mulus dan sempurna karena masing-masing unsur sepertinya saling berbagi peran.
Dibandingkan dengan tindak plagiat, penyimpangan isi disertasi dari spesifikasi program studi merupakan pelanggaran yang lebih berat. Ketika ia digunakan untuk meraih gelar doktor pada bidang tertentu yang lain, maka suatu karya ilmiah demikian dapat dianggap sebagai karya ilmiah sesat. Ia dapat hadir di Universitas berkat campur tangan promotor dengan produktivitas hebat yang nyambi sebagai provider ijazah dan sekaligus sebagai pucuk pejabat. Kekuasaannya melambung tidak terkendali membuat takut unsur-unsur yang seharusnya menjaga martabat.
Ketidaksesuaian antara isi disertasi dan luaran pembelajaran program studi menambah panjang daftar indikasi terjadinya praktik jual beli ijazah. Meski hanya ada di negeri dongeng, cerita ini berpotensi menjadi catatan sejarah ketika kelak promotor ini telah diberi sanksi oleh pemerintah. Namun, ia akan tetap menjadi dongeng yang menggelikan jika sampai waktunya kementerian tidak kunjung berani mengambil langkah.
Supriadi Rustad, Tim Evaluasi Kinerja Akademik (EKA) Perguruan Tinggi, Kemenristekdikti, Guru Besar Universitas Dian Nuswantoro, Semarang.