Proses pendidikan pada intinya adalah membuat anak didik mampu merumuskan masalah dan dengan metode ilmiah mampu mendapatkan jawaban dari rumusan masalah. Jika masalah sudah terumuskan secara benar maka 75 prosen masalah sudah terselesaikan. Jadi rumusan masalah sangatlah penting dipahami semua orang terutama yang pernah mengenyam perguruan tinggi. Sejauhmana seseorang memiliki teknik untuk merumuskan masalah? apa itu rumusan masalah dan apa bedanya dengan masalah, apa perbedaanya pula dengan gejala? kemudian setelah memahaminya maka berikutnya akan menanyakan bagaimana cara merumuskan masalah yang benar?
Apa yang menjadikan seseorang dewasa, bijaksana dan matang, kalau bukan masalah yang dihadapinya mampu diidentifikasinya kemudian dirumuskan dan dimaknai secara benar. Dan inilah tujuan pendidikan yang sebenarnya. Kemampuan melihat kenyataan yang dihadapi, dilihat, dibaca, ditangkap kemudian karena pengetahuan yang dimilikinya membandingkan kenyataan tersebut dengan harapan yang berujud dalam teori, ideal, rencana, program, target, kedua kutub itu diidentifikasi kesenjangannya (Kenyataan-harapan), nah jika terbiasa melakukan hal ini maka mengidentifikasi masalah adalah sudah menjadi kebiasaan sehari-hari. Masalah itu pertanyaan atau pernyataan yang mempersoalkan kesenjangan antara kenyataan dan harapan. Pertanyaan biasanya dilakukan di penelitian, pernyataan yang perlu penyelesaian biasanya dirumuskan didalam artikel.
Mencari informasi yang terjadi, mencari referensi tentang teori, menelaah suatu data dan informasi, berdiskusi kesana-kemari (Brainstorming-ngobrol ngalor ngidul) inilah yang dilakukan saat melakukan tahapan awal merumuskan masalah. Tahapan ini disebut sebagai tahapan analisis lingkungan (situasi). Sangat penting juga literasi (referensi) yang terhimpun dalam pengetahuan seseorang dalam menganalilis kondisi lingkungan ini. Jika kurang pengetahuan maka hasil analisisnya menjadi dangkal. Hasil dari olah pikir disini biasanya ditulis dalam sub bahasan LATAR BELAKANG. jadi latar belakang itu isinya adalah hasil identifikasi harapan dan juga hasil identifikasi kenyataan (data kuantitatif sumber sekunder), kemudian membandingkan keduanya serta pendapat orang lain yang pernah membahas tentang kesenjangan tersebut. Dalam bagian ini baru dibahas mengenai masalah, belum membahas rumusan masalah. Sangatlah berbeda “Masalah” dan Rumusan masalah”.
Masalah itu tidak semudah membandingkan seperti warna HITAM dan PUTIH sehingga perlu ada usaha memvisualisasikan pemikiran karena variabel permasalahan itu kompleks dan bahkan tidak terdefinisikan. Cara inilah yang dinamakan mind mapping (pemetaan pemikiran). Banyak teknik mengenai hal ini seperti:
- Liniergram
- Sekuens
- Spidergram
- Siklus
- Tabel Perbandingan
- Kerangka Interaksi
- Kerangka Pemecahan Masalah
- Webbing
- Concept Mapping
- Idea Mapping (silahkan baca di www.fno.org/)
Setelah mengidentifikasi lingkungan maka langkah berikutnya adalah perumusan masalah. Fungsi dari perumusan masalah itu adalah agar masalah tersebut berujud dalam gagasan-gagasan yang terkendali sehingga dari rumusan masalah tersebut mencerminkan jawaban yang akan diperoleh. Rumusan masalah harus ada jawaban dan paling tidak memiliki gambaran(perkiraan) jawaban.