Artikel yang akan saya tulis ini adalah kelanjutan dari “Tetap menarik setelah melahirkan”.
24/7 merupakan waktu yang diberikan oleh Tuhan untuk semua orang. Akan tetapi tidak semua orang bebas melakukan apapun dalam masa itu. Orang spesial yang mendedikasikan bahkan hampir seluruh waktunya untuk keluarga adalah “IBU”. Lalu bagaimana agar ibu bisa mendapatkan kembali berat badan sebelumnya padahal belum boleh berdiet ketat karena masih menyusui ? tentu jawabannya adalah olahraga. Kemudian muncul pertanyaan tambahan, kapan waktu seorang ibu dapat berolahraga jika 24/7 sudah terjebak dalam aktivitas harian dan memasungnya untuk tak dapat bergerak dengan leluasa? Apakah mungkin olahraga rutin dapat dilakukan disaat 24/7 terus berjalan?
Semuanya bisa terjawab dengan muda dengan kalimat “ibu tetap bisa berolahraga kok tapi……..”.
Mengapa harus berolahraga? Karena dapat memberikan manfaat banyak untuk tubuh kita. Beberapa diantara tubuh terasa bugar, racun keluar melalui keringat, lemak terbakar, dan masa otot bertambah, dan lainnya. Diantara semua manfaat olahraga, yang menjadi dambaan bagi semua wanita adalah berat badan terjaga, lingkar perut mengecil, dan tubuh menjadi proporsional.
Saat akan memulai berolahraga, kata yang harus ditanamkan dalam pikiran dan hati adalah “Tertib”. Maknanya, buat rutinitas yang pasti akan dipenuhi. Menurut American College of Sports Medicine (ACSM), kita harus berolahraga selama 150 hingga 250 menit per minggu untuk menurunkan berat badan dalam 24/7. Tetapi hal itu bisa dipenuhi dengan 120 menit benar-benar dalam masa berolahraga, dan sisanya digantikan dengan aktivitas harian rutin di rumah. Jika kita ingin berolahraga di sanggar senam atau gym, artinya bisa dibuat 2 sesi dengan durasi 60 menit per sesi. Patuhi jadwal yang sudah dibuat agar mendapatkan manfaat olahraga. Jika ibu tidak bisa pergi dari rumah, maka olahraga bisa dilakukan tiap hari, dengan durasi 120 menit dibagi 7 hari, sehingga setidaknya bisa dilakukan tiap hari sekitar 15 menit sehari. Tetapkan jadwal yang bisa ibu penuhi, misalkan pagi atau siang hari sambil menemani ananda bermain. Atau bagi ibu bekerja, bisa dilakukan pagi sore hari setelah sampai rumah. Bahkan bagi yang memiliki kemampuan finansial lebih, bisa saja kita menyewa intruktur olahraga ke rumah (tetapi jumlahnya sangat sedikit dari seluruh wanita di Indonesia yang melakukan hal ini).
Ketertiban dalam melakukan olahraga biasanya gagal bukan mutlak gagal karena aktivitas harian yang memang sibuk tetapi justru karena ibu tak mampu menepati “tertib” saat awal memutuskan untuk berolahraga. Coba ibu hitung sendiri, berapa lama waktu membuka sosial media (What’s App, instagram, facebook, youtube), membaca berita, berkumpul bersama rekan, menonton TV, dan lain-lain yang seharusnya lebih pas jika dipakai untuk olahraga saja ? Jenis olahraga apa saja yang bisa dilakukan di rumah, bisa dipelajari dalam artikel-artikel kesehatan lain. Sedikit saya beri contoh seperti : plank, lompat tali, push up, sit up, dan masih banyak lagi.
Kenyataannya memang, tidak semua bisa berjalan sesuai rencana. Saya akan membagi pengalaman berolahraga dengan berbagai jenis olahraga. Sebelum menikah, berat badan saya sekitar 46-47 kg bulan Juni 2012. Setelah melahirkan anak pertama, berat badan saya bertahan di angka 54 kg dan juga setelah melahirkan anak kedua. Padahal saya sudah menjaga pola makan dan berolahraga tetapi kadang tidak tertib. Mengapa demikian, karena banyak godaan yang membuat saya tidak berolahraga dijam yg sudah saya tetapkan sendiri. Setelah anak kedua saya sapih, tepatnya Februari 2019, dengan tegas saya meyakinkan diri sendiri akan berolahraga dengan tertib sembari tetap menjalankan diet seimbang yang memang sudah saya lakukan sejak dulu. Saya melakukan lompat tali sampai dengan 300 loncatan di rumah, dan saat istirahat siang juga saya sempatkan untuk bergerak seolah sedang melakukan lompat tali 50-80 di kamar mandri atau ruang istirahat di kampus. Selama 2 bulan dilakukan, hasilnya tidak signifikan dalam penurunan berat badan. Karena terkadang tidak tertib menjaga jadwal olahraga. Kemudian saya coba untuk menambah lari-lari mengelilingi rumah saja, hasilnya pun sama. Berat badan tetap bertahan diangka 54 kg. Berbekal artikel lain, saya menambah plank beberapa menit setiap sehabis sholat.
Dari semua olahraga yang dilakukan di atas, belum ada yang menunjukkan signifikan, sampai akhirnya saya memutuskan mendaftarkan diri ke sanggar senam dan menerapkan jadwal rutin 2 kali selama seminggu. Jenis yang dipilih senam aeroki dengan durasi waktu 60 menit per sesi. Apakah setiap jadwal bisa dipenuhi, tentu tidak. Lagi-lagi kesibukan menjadi alasan. Skenario penggantipun saya sediakan, yaitu berolahraga di rumah dengan durasi sama. Jika di sanggar ada instruktur senam, di rumahpun tentunya juga begitu. Sehingga saya pakai youtube untuk menemani senam serasa di anggar senam. Hal ini efektif menurunkan berat badan saya dan terjaga diangka 48-49 kg sampai saat ini bulan Juni 2020 dan saya akan berusaha tetap pada angka tersebut. Berhubung sejak Maret 2020 ini, seluruh manusia melakukan social dan physical distancing, sehingga saya tetap berolahraga tetapi di rumah dengan jadwal, setiap 2 hari sekali selama sekitar 30 menit.
Namun, apakah menyusui dan berolahraga saja cukup untuk menurunkan berat badan ? Jawabannya tentu tidak, ada hal lain yang perlu dilakukan. Cek artikel saya selanjutnya. Sampai jumpa lagi.
Gambar diambil dari https://www.ayocirebon.com/read/2020/04/07/5076/tetap-sehat-saat-karantina-di-rumah-dengan-5-olahraga-ini